Dyah Pitaloka, Korban Ambisi Politik Gajah Mada
Penyunting : Imam Risdiyanto
Cover : Andreas Kusumahadi
Pemeriksa Aksara : Lutfi Retno W.
Penata Aksara : Iyan Wibowo
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan Pertama, Desember 2005
326 halaman
Ebook (djvu) by syauqy_arr
Sinopsis
Gajah Mada tidak ingin Kerajaan Sunda menjadi kerikil dalam Kerajaan Majapahit. Untuk melengkapi keberhasilannya menyatukan Nusantara, Majapahit harus menaklukkan Sunda. Bila kekuatan angkatan perang tidak mungkin, cara lainnya adalah melalui pernikahan.
Pernikahan Dyah Pitaloka dengan Raja Majapahit, bagi Gajah Mada, bukanlah perkawinan antara seorang raja dengan putri dari dua kerajaan, melainkan penyerahan upeti sebagai tanda takluk Kerajaan Sunda kepada Majapahit. Gajah Mada, melalui Sumpah Palapa, telah mengukuhkan simbol dirinya sebagai sosok patih yang ambisius.
Ambisinya itu tidak hanya membumihanguskan Kerajaan Sunda, juga dirinya sendiri. Pahlawan terbesar sepanjang sejarah Majapahit itu, orang yang pertama kali menyatukan seluruh Nusantara, akhirnya menjadi buronan negerinya sendiri. Nama besarnya runtuh karena hanya mementingkan ambisi dan mengabaikan sesuatu yang tak kalah besar: Cinta
___________________________________
Go to Page Hermawan Aksan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar