Download eBook Gratis Radikus Makan Kakus (Bukan Binatang Biasa)Tebal : x + 232 halaman
Ukuran : 11,5cm x 19 cm
Pengarang :
Raditya DikaPenerbit : Gagas Media
ISBN : 979-780-166-7
Tidak Dianjurkan Untuk Ibu Hamil.
Beberapa menit kemudian, kelas dimulai.
Kayaknya, ngajar kelas 1 SMP bakalan jadi living hell.
Baru masuk aja udah berisik banget.
"Selamat siang, saya Dika" gue bilang ke para siswa kelas 1 SMP yang baru gue ajar ini. "Saya guru untuk pelajaran ini."
"Siang, Pak!" kata anak cewek yang duduk di depan.
"Jangan Pak. Kakak aja" kata gue sok imut. Gue lalu mengambil absensi dan menyeutkan nama mereka satu per satu.
"Sukro." Gue manggil.
"Iya, Kak." Sukro menyahut.
"Kamu kacang apa manusia?"
"Hah? Maksudnya?"
"Engga, abis namanya Sukro, kayak jenis kacang," kata gue, kalem "Oke, kacang apa manusia?"
"Ma-manusia, Kak."
"KURANG KERAS!" Gue menyemangatinya.
"Manusia, KAK!"
Satu kelas hening.
Baca juga buku Raditya Dika yang lain :
Babi Ngesot Cinta Brontosaurus Kambing Jantan "Sebuah Catatan Pelajar Bodoh" Buku Radikus Makan Kakus (Bukan Binatang Biasa) ini diawali dengan pengalaman
Raditya Dika menjadi badut untuk meneliti bagaimana hidup orang yang berpakaian menjadi badut. Radit akhirnya berhasil mendapatkan kostumnya setelah sempat ditolak oleh yang mempunyai kostum karena heran. Akhirnya radit memutuskan untuk kayang di Monas. Setelah naik bajaj dan busway, yang dimana selalu diledek, akhirnya misinya tersebut sukses.
Ada juga pengalaman ketika ketemu dengan temannya yang ternyata mengidap penyakit Schizoprenia yang membuat Radit bingung.Dan ada kisah Radit dan teman-temannya yang terkena kutuk orang NTB karena Radit dan teman-temannya selalu membicaran orang NTB yang mereka namai dengan Mbip ketika mereka pulang sekolah, sehingga Mbip lari dari rumah ketika ia tau jika ia selalu diledek oleh teman-temannya. Cerita ini ada didalam buku berjudul “Ketika Kau Menebeng”
Ada pula kisah radit yang terjebak di WC cewe sehingga dikira sebagai setan penunggu WC tersebut kisah ini ada di bab "Itu Tadi Manusia Bukan?". Yang menarik dari buku ini salah satunya ada di bab berjudul "Arti Hidup" yang menceritakan perjuangan radit dalam belajar untuk menghadapi SPMB, Radit sadar akibat perkataan guru biologinya sebelum guru tsb meninggal, setelah gurunya meninggal ia bermimpi tentang perkataan terakhir dari gurunya kembali, ketika mengalami kisah tentang arti hidup membuat radit menjadi sadar dan semangat belajar.
Ada juga pengalaman radit ketika mengajar yang akhirnya disukai oleh anak-anak yang diajarnya. Juga ada cerita tentang microwave yang sangat menyelamatkan hidupnya saat tinggal di Australia. Pengalaman bersama adik-adiknya saat terjebak banjir juga sangat bagus karena dia sadar bahwa sudah lama tidak bermain bersama adik-adiknya. Pengalaman bersama adiknya Anggi yang mengarang cerita Sekolah Hantu juga akan membuat ketawa .
Radit juga dalam salah satu babnya menjadi Tabib yang jawaban terhadap pertanyan yang sangat-sangat absurd sekali.Pertanyaan yang aneh dengan jawaban yang lebih aneh bin ajaib sungguh tidak masuk diakal tetapi sangan menarik untuk dibaca. Di bab akhir buku yang berjudul "Bukan Binatang Biasa" menceritakan perjuangan Radit untuk lulus UI dan akhirnya diterima.
Radikus Makan Kakus: Bukan Binatang Biasa adalah buku ketiga Raditya Dika (setelah Kambing Jantan dan Cinta Brontosaurus), berisi pengalaman-pengalaman pribadi Raditya Dika sendiri yang bego, tolol, dan cenderung ajaib.
Kisah Raditya Dika jadi badut Monas sehari, ngajar bimbingan belajar, dikira hantu penunggu WC, sampai kena kutuk orang NTB.
Penulis Indonesia, tidak pernah segoblok ini.
Buku ini layak dibaca bagi siapa saja yang ingin mencari hiburan karena setiap ceritanya sangat aneh dan cenderung ajaib sehingga mengundang tawa. Satu kelemahan dari buku karangan Raditya Dika adalah anak dibawah usia SMP belum cocok membaca bukunya karena ada beberapa penggunaan bahasa yang hanya dimengerti kalangan remaja ataupun orang dewasa. Tetapi dengan kelamahan tersebut membuat buku karangannya menjadi buku yang sangat menarik dan mebuat pembacanya berfikir.